Cover buku The World Is Flat karya Thomas L. Friedman |
Masih melanjutkan artikel
saya tentang resensi buku the world is flat yang pernah saya bahas sebelumnya, saya ingin sedikit mengulang
kembali tentang pandangan Thomas L. Friedman (penulis buku The World Is Flat)
yang menggambarkan tentang kondisi globalisasi yang saat ini sedang kita alami
bersama.
Sebagaimana dikatakan oleh
Thomas L. Friedman, bahwa dunia saat ini seolah sudah menjadi datar, pandangan
ini Friedman dapatkan ketika sedang melakukan perjalanan jurnalisme ke India
untuk melakukan wawancara dengan perusahaan Infosys yang beroperasi di
India.
Saat Friedman sedang bermain
Golf, ada yang mengatakan ke Friedman tersebut untuk mengarahkan pukulannya ke
arah Microsoft atau IBM. Dari kejadian itulah kesadaran Frienman terhenyak,
saya sedang berada di India namun cita rasa dari lokasi saya berada sedang
bermain golf seolah-olah sedang berada di Amerika.
Dari kejadian itulah kemudian
Friedman terilhami untuk membuat buku dengan judul The World Is Flat, Dunia
seolah sudah menjadi datar.
Dunia menjadi datar? apa
maksud Friedman menamai seperti itu. Yang dimaksud datar dalam pandangan
Friedman disini adalah keterhubungan atau koneksifitas dari individu-individu
di seluruh dunia yang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Perubahan yang
terjadi dalam dunia datar yang dimaksud oleh Friedman bersifat fundamental,
sehingga efek yang dirasakannya pun sangat terasa dan mendunia.
Perubahan yang terjadi secara
global ini menurut pandangan Friedman, dibedakan menjadi tiga era, yang
masing-masing tentunya punya ciri khasnya sendiri-sendiri.
Globalisasi 1.0
Ini adalah globalisasi pertama
yang melanda dunia, hal ini diawali dengan perjalanan Columbus dalam mencari
dunia baru pada tahun 1492. Globalisasi ini ditandai dengan penjelajahan
negara-negara di dunia dan penguasaan negara-negara dunia. Yang begitu dominan
dalam permainan dunia Globalisasi 1.0 adalah negara-negara atau bangsa Eropa.
Era globalisasi 1.0 berakhir kurang lebih sekitar tahun 1800-an.
Globalisasi 2.0
Gelombang globalisasi seri
kedua menurut pandangan Friedman dimulai tahun 1800-an. Aktor utama dalam era
globalisasi 2.0 adalah perusahaan multinasional yang melakukan integrasi bisnis
secara global. Globalisasi 2.0 berakhir tahun 2000-an, era globalisasi 2.0
ditandai dengan revolusi industri, dua perang dunia yang menggemparkan jagat
raya.
Globalisasi 3.0
Gelombang glolabisasi yang
terakhir menurut Friedman adalah era yang saat ini sedang kita jalani, yaitu
dari tahun 2000 sampai sekarang. Gelombang globalisasi 3.0 didorong bukan oleh
mesin atau perangkat keras, namun didukung oleh perangkat lunak dan jaringan
serat optik yang menghubungkan tiap individu di seluruh penjuru dunia. Jika
dalam dua gelombang globalisasi sebelumnya bangsa Eropa dan Amerika menjadi
pemain dominan, saat ini kesempatan untuk ikut serta dalam peranan bisa
dipegang oleh bangsa atau ras manapun diseluruh dunia. Di era globalisasi 3.0
kekuatan masing-masing individu telah mengglobal.
Friedman secara khusus
mengamati fenomena outsourcing suatu pekerjaan, yakni perusahaan-perusahaan dan
jasa dari Amerika dialihdayakan ke India dan China.
Ada sepuluh hal yang menurut
Friedman turut serta mendorong dunia ini menjadi lebih datar, saya sudah
menyebutkan di artikel saya sebelumnya yaitu :
- Runtuhnya tembok Berlin, 9 November 1989
- Peristiwa Go Public perusahaan Netscape, 9 Agustus 1995
- Reformasi alur kerja dan perangkat lunaknya
- Perangkat lunak karya komunitas (shareware dan blogging)
- Outsourcing
- Offshoring
- Supply chaining
- Insourcing
- In-forming
- The steroid, Digital, mobile, personal dan virtual.
Dalam bukunya, Friedman tidak
saja menampilkan dunia datar yang menjadi topik utama bukunya, namun dia juga
berbicara tentang bagaimana kita sebagai individu bisa bersaing dalam dunia
yang datar ini. Meskipun dia mengatakan dunia telah menjadi datar, namun tetap
ada hal-hal mendasar yang menjadi tidak terjamah dalam era dunia datar
tersebut. Dalam pandangan Friedman, di era globalisasi 1.0 negara dan bangsa
lah yang harus mengglobal dan mendunia, di era globalisasi 2.0 perusahaan
multinasional lah yang mengglobal, sedangkan di era globalisasi 3.0
individu-individulah yang harus mengglobal. Dalam hal ini, motivasi, ide,
keterampilan dan pengetahuan menjadi modal kekuatan pribadi yang dominan untuk
mengikuti era dunia datar. Yang menjadi modal selanjutnya bukan sekedar
keterampilan teknis saja, namun kelenturan mental, motivasi diri dan mobilitas
psikologis harus dikuasai. Tidak pernah cukup untuk menjadi orang biasa-biasa
saja atau mediocre.
Lebih jauh Friedman membahas
dalam tulisannya membahas tentang lahirnya kelas menengah baru yaitu individu
tak terjamah, individu yang tidak terjamah ada beberapa hal yang perlu kita
lakukan untuk menjadi individu tersebut, yaitu
Jadilah orang-orang yang
spesial.
Yang menjadi contoh orang
spesial disini misalnya JK. Rowling yang sukses menulis Harry Potter. Dia
adalah contoh orang yang istimewa atau spesial.
Orang yang menetap dan
secara fisik dibutuhkan ditempat itu
Contoh untuk kriteria ini
adalah seorang tukang cukur, pekerjaan tukang cukur tidak mungkin divirtualkan.
Kebanyakan kita mungkin berada disini, dikelas kebanyakan kita berada disini
kita harus bersaing dengan sama-sama penghuni kelas ini sehingga masing-masing
kita harus punya nilai lebih dibandingkan yang lain. Kita harus mempunya
sesuatu sebagai nilai tambah, agar apa yang menjadi produk kita lebih
dibandingkan dengan orang lain.
Itulah sedikit pandangan
Thomas L. Friedman tentang globalisasi yang saat ini melanda dunia. Dari apa
yang dipaparkan oleh Friedman kiranya kita dapat mengambil pelajaran agar diri
kita, keluarga dan lebih tinggi lagi bangsa kita bersiap dalam menghadapi era
tersebut. Mungkin sebagian pemaparan Friedman masih ada kekurangan disana-sini,
namun kita harus menjadikan apa yang ditulisnya sebagai bahan renungan kita.
Beberapa yang sudah menjadi
kenyataan dari ramalan Friedman memang sudah kita saksikan hari ini, misalnya
jual beli on line, outsourcing pekerjaan oleh masyarakat dari belahan dunia
lain. Sikap kritis kita dalam menghadapi dunia yang sudah datar seperti apa
yang dipaparkan oleh Friedman, mengelola diri, organisasi maupun keluarga kita
memang mutlak diperlukan. Keterampilan teknis bukan lah satu-satunya hal untuk
modal dalam meraih kesuksesan dalam dunia saat ini, hal ini tidak hanya terjadi
di masyarakat negara berkembang, namun masyarakat negara maju juga mengalami
hal yang sama. Tengok saja seperti yang terjadi di Amerika, berapa jumlah
pekerjaan yang tadinya ada di Amerika kini sudah diekspor dan dikerjakan oleh
masyarakat negara berkembang.
Hal itulah kiranya yang
menjadi pesan yang ingin disampaikan oleh Friedman dalam bukunya “The World Is
Flat”.
No comments:
Post a Comment