Menu horizontal

Friday 8 May 2015

Tentang Manusia

Sebagai makhluk Tuhan, manusia dikaruniai kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lain. Manusia tidak hanya sekedar terdiri dari sisi makhluk fisik saja, namun lebih daripada itu manusia membawa unsur lain yang melekat sejak dilahirkan. Jika kita telaah lebih dalam, manusia bukanlah hanya makhluk biologis/fisik saja namun juga memiliki aspek intelektual, aspek emosional, aspek sosial dan aspek ruhani. Kelima aspek itu mungkin sedikit yang bisa saya gambarkan untuk kondisi manusia seutuhnya.

Kita sebagai manusia tidak boleh mengesampingkan salah satu aspek, karena kalau kita kesampingkan salah satu aspek saja maka kehidupan kita akan timpang alias tidak lengkap. Manusia boleh mengejar pendidikan sampai S1, S2 atau S3 sekalipun, namun apabila dia mengesampingkan aspek yang lain maka manusia akan kehilangan makna.
Manusia akan merasa seperti hidup dalam belantara kehidupan, batinnya seperti kosong dan hampa.

Untuk meningkatkan aspek Intelektual manusia (IQ = Intelektual Quotient), manusia bisa mendapatkan di sekolah. Kalau di Indonesia bisa dimulai dari Paud, TK, SD dan seterusnya sampai perkuliahan. Sedangkan kalau kita bicara kecerdasan Emosional (EQ = Emotional Quotient) sepertinya sekolah formal kita belum ada yang menyelenggarakan pendidikan kecerdasan emosional. Sedangkan sekolahan yang mengajarkan aspek Spiritual maupun sosial mungkin sudah ada seperti pesantren atau sekolahan yang berorientasi agama tertentu. Saya mungkin memiliki pengetahuan yang terbatas terkait sekolahan yang mengajari aspek Emosional, sosial maupun spiritual ini, namun di negara kita Indonesia memang pendidikan kita lazimnya memang pendidikan jumlah porsi materi pembelajaran adalah fokus ke aspek Intelejensi rasional semata.

Hal ini menurut pemikiran saya, kita hanya tumbuh secara fisik maupun secara logika saja sedangkan aspek manusia yang lain seolah-olah tidak mendapatkan porsi untuk berkembang. Saya jadi teringat sesuatu, saya pernah membaca hal yang menjadi kontribusi kesuksesan manusia tidak semata-mata dari aspek kecerdasan fisik atau kecerdasan intelektual semata. Namun justru yang berkontribusi pada kesuksesan manusia adalah dari aspek emosionalnya. Saya lupa siapa ahli yang melakukan penelitian itu, namun kalau kita logika memang masuk akal. Semua pekerjaan yang kita lakukan di jaman ini sangat bergantung dengan pihak lain maupun orang lain. Tidak ada manusia yang bisa menyelesaikan pekerjaannya sendiri, mungkin ketika era peradaban manusia di masa berburu dan meramu melakukan pekerjaan sendiri untuk memenuhi kebutuhan adalah hal yang lazim. Tapi kita hidup di era dimana semua manusia saling terhubung satu sama lain, pekerjaan pun saling terhubung antara satu manusia dengan yang lainya. Hal ini membuat saya pribadi menarik kesimpulan, untuk dapat sukses dalam kehidupan manusia harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan sosial. Sedangkan untuk dapat sukses dan dapat mempertanggung jawabkan kehidupan manusia sebagai amanat Tuhan, manusia harus cerdas secara Spiritual. 

Kelima aspek kecerdasan manusia harus dibangun dan tumbuh sesuai proporsi masing-masing. Pembelajaran kelima aspek kecerdasan manusia tersebut dimulai ketika manusia baru lahir sampai manusia meninggal dunia.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberi manfaat dan perenungan bagi kita sebagai manusia. Mari kita bangun kelima aspek kecerdasan tersebut mulai dari diri kita pribadi dan keluarga.

No comments: